Friday, August 15, 2014

Ajari Aku

Andai ini lembutnya sutra
Ajari aku tentang nikmatnya
Agar ku tahu apa dan mengapa
Ianya dinanti, diminta dan dipuja

Andai ini jemunya resah
Ajari aku apa yang indah
Agar ku beza rasanya gelisah
Atau terusku mengambil endah

Andai ini peritnya rindu
Ajari aku kenapa bertamu
Bikin ku gundah dan terus keliru
Hingga masanya untuk bertemu

Andai ini indahnya mimpi
Ajari aku tentang pelangi
Cantik cuma di mata hati
Untuk digapai ianya menyepi

Andai ini mesranya kasih
Ajari aku untuk tak berkalih
Moga hatiku tak mungkin tersisih
Dah natijahnya akhiran yang pedih

Ajari aku tentang cinta
Untuk ku nikmati segala rasa
Ajari aku tentang benci
Untuk menilai yang mana hakiki.......

Kediaman Rasmi Batu Buruk, 13 Ogos 2014

Pelacur tua di lorong sepi

Pelacur tua di lorong sepi
Dibangku usang langganan dinanti
Bukannya mewah sekadar dicari
Meski tidurnya tak berulit mimpi

Pelacur tua memendam rasa
Sekian lama menjadi hamba
Entah kenapa alasannya mengapa
Hingga berakhir dilorong durja

Pelacur tua jiwanya resah
Sekian lama diamuk gelisah
Sedar dan insaf tak kunjung jengah
Masih berniaga bermodal maruah

Pelacur tua membilang hari
Sampaikan bila nasibnya begini
Sampaikan bila kan menjadi abdi
Pada kesempitan dan nafsu diri

Pelacur tua masih di situ
Entah bila kan masih menunggu
Mungkin di suatu masa kan jemu
Atau mungkin keinsafan bertamu

Pelacur tua itu terus di situ
Membilang kerikil menanti waktu…..

Kediaman Rasmi Batu Buruk, 14 Ogos 2014

Bila Syaitan Dihormati


Melihat dari suatu sisi yang tidak manis
Memintal percaya dalam suasana makin hamis
Melihat gelodak dalam dunia yang makin sadis
Yakin dan nafi pada akhiran yang makin tragis

Bila syaitan melilit serban menyarung jubah
Persepsi mata yang melihat pun turut berubah
Tiada lagi mata hati yang merenung dan menyanggah
Tiada lagi keluh jiwa yang garang menongkah

Dikepung segala rasa marah dan benci
Dilebarkan menjadi belas kasihan dan simpati
Sedang dulu mereka yang minta melaknati
Bila bermuka menjadi kaku tunduk menatap bumi

Manakah maruah sebagai  manusia berakal
Bila hati berubah hanya pada beza yang fizikal
Sedang amarah dalam hati masih terus menyangkal
Dan nanah darah cercaan pada yakin yang dangkal

Saud memanggil Sisi untuk hadir ke sisi
Sedang Sisi adalah susuk yang merosakkan asasi
Merubah percaya pada manusia yang hatinya mati
Pinta yakin pada satu kebejatan yang abadi

 Chendering, 15 Ogos 2014


Monday, August 11, 2014

Masihkah ada kemanusiaan

Mereka bertanya masih adakah kemanusiaan yang bersisa,
Sedang kurasa sudah sekian lama kemanusiaan dilupa
Kerna andai ada kemanusiaan di dalam jiwa yang bernama manusia
Pasti seluruh dunia tiada bimbang bila lena menutup mata

Mereka bertanya masih adakah kemanusiaan yang bersisa
Sedang hakikat kemanusiaan itu telah lama lenyap dari jiwa
Kerna andai ada kemanusiaan di dalam jiwa yang bernama manusia
Pasti tiada kedzaliman menjadi penghias wacana pembuka berita

Mereka bertanya masih adakah kemanusiaan yang bersisa
Sedang hakikat apa yang ada hanyalah sekadar sandiwara
Kerna andai ada kemanusiaan di dalam jiwa yang bernama manusia
Pasti setiap anak berhak untuk punyai kehidupan hingga dewasa

Mereka bertanya masih adakah kemanusiaan yang bersisa
Sedang kemanusiaan itu sendiri sudah tidak difahami manusia
Kerna andai ada kemanusiaan di dalam jiwa yang bernama manusia
Pasti manusia akan sebenar-benarnya menjadi manusia

Manusia yang tidak menganggap manusia lain sebagai manusia
Adalah sebenarnya syaitan yang bertopengkan manusia.......

Chendering, 21 Julai 2014

Aku di sini memerhati

Aku di sini memerhati
Di barat gempita umpama perang
Menderu sesah hujah dan tingkah
Mengamuk jerit pekik dan nista

Aku di sini memerhati
Di timur ada pantang diumpan
Menghulur muncung mengejar copong
Lidah menari tak sempat diajar

Aku masih di sini memerhati
Di utara menabrak segala hadang
Hingga ke depan tertampan halang
Rupanya menampar air di dulang

Aku masih di sini memerhati
DI selatan bingkas ingin mencelah
Menutur laju umpama dicabar
Kosong serangan tak memberi bekas

Aku masih di sini memerhati
Belum terlambat untukku ucapkan
Selamat malam si matahari.........

Kediaman Rasmi Batu Buruk 6 Ogos 2014

Coba dan mencoba

Dicoba untuk memahami
Namun terlalu dalam maksudnya
Dicoba untuk mengerti
Namun berbeza tanggapnya
Dicoba untuk mengenali
Namun masih tersembunyi segala
Dicoba untuk dihampiri
Makin dekat semakin jauh dirasa
Dicoba untuk diperhalusi
Makin serabut kalut jadinya
Dicoba untuk dirungkai
Makin kuat belit dan sangkutnya

Akhirnya aku hanya mengerti
Anda si bijak menurut si bodoh
Bijak juga akan menjadi bodoh...........

Chendering 6 Ogos 2014

Oscar dan Bulan – Oscar’s Oasis

Kisah Oscar di malam hari
Terlihat bulan di langit tinggi
Sepertinya bisa dicapai jari
Dihulur lidah umpama mencari

Bulan kian berlalu pergi
Oscar merasa gundah di hati
Dari pokok ke pokok Oscar meniti
Disangka bulan bisa dikejari

Itulah Oscar melihat bulan
Seperti kita melihat impian
Sangkanya dekat dalam dakapan
Rupanya tidak tercapai tangan

Seumpama dekat tetapi jauh
Seumpama terlihat jelas dan utuh
Walau dikejar dengan bersungguh
Impi tak hadir, hajat pun tertangguh

Itulah kisah di dalam cerita
Sekadar pedoman kepada kita
Renunglah dengan minda terbuka
Fikirkan mafhum di balik yang nyata


Kediaman Rasmi Batu Buruk, 10 Ogos 2014

Tuesday, July 15, 2014

Maafkan kami duhai Gaza

Maafkan kami duhai Gaza
Sesungguhnya kami masih alpa
Kami masih tiada daya
Hanya kami mampu bercerita

Maafkan kami duhai Palestin
Kami berharta tapi berjiwa miskin
Sembang kami kencang tapi apinya sekadar lilin
Angkuh kami hebat tapi berani tak terjalin

Maafkan kami saudaraku
Kami melihat kau membaling batu
Kami tahu kau dihujan peluru
Tapi malangnya kami masih keliru

Disebut boikot kamipun ikut
Walaupun rokok tercepit di mulut
Disebut himpun kamipun sahut
Walau subuh kami perlu dikejut

Disaat Gaza berjuang sendiri
Kami masih membaling kerusi
Kami masih berbasa-basi
Mencari alasan menidakkan diri

Dan perjuangan terus memanggil
Dan kami masih mencari dalil……

Jalan Kamaruddin, 16 Julai 2014

Wednesday, July 2, 2014

Mana mungkin

Mana mungkin kan hadir rasa percaya
Andai hanya hujah panjang berjela
Tapi isinya kosong hampir tidak bermakna
Kerna angkuh pada pegang tongkat kuasa

Mana mungkin kan timbul rasanya hormat
Walaupun pegangan nyata adalah hakikat
Namun dek kerna cakap tanpa sepakat
Berhujah dalam takut, dalam nak tunjuk hebat

Mana mungkin kan datang perasaan yakin
Semuanya menjadi keliru andai silap dicerakin
Sekarang haram, esok halal, lusa segalanya mungkin
Tak ada yang sahih walau mayat sudah ditalkin

Mana mungkin kan kukuh untuk berpegang
Andai pendapat yang jitu dan kukuh tak dapat dihidang
Sini kafir sana murtad di situ pula belum bersidang
Silap cakap kan terlucut pangkat yang disandang

Mana mungkin tiadasedikit  rasa tertipu
Andai yang berwajib hanya diam membisu
Musibat datang, meronar hingga dah berlalu
Tapi sang penguasa tetap diam membatu

Mana mungkin tiada rasa khawatir
Kata ilmuan, bila ditanya cakap pun tak berbutir
Yang batin pun goyah, lagikan yang dzahir
Lantas, bagaimana keyakinan kan hadir?


Ala Kassim……………

Chendering 3 Julai 2014

Wednesday, June 25, 2014

Bila kapitalis mencatur...

Di kiriku peniaga
Di kananku pengguna

Peniaga selalu meminta-minta
Itu dan ini perlu dinaikkan harga
Katanya kerna sekadang bermacam benda
Menjadi sukar dan memerlukan lebih belanja

Lantas kutanya pula bagaimana
Kerna di akalku, ku tak punya idea
Lalu dengan senang mereka berkata
Terbalikkan cerita gunakanlah helah segala

Lalu , kuambil dari poket kiri pengguna
Dan ku ubah ku bentuk menjadi kurnia
Agar dapat menutup yang membeza
Dan poket kanan tidak begitu terasa

Lalu bersoraklah sekalian mereka
Peniaga terus menambah untungnya
Pengguna susah tapi telah diperdaya
Dalam keraguan ditutup matanya

Begitulah hikayat cerita yang ada
Dipanggil "subsidi" itulah diberi nama
Saku yang lain tapi seluar yang sama
Antara sedar tak sedar rakyat diperdaya

Dan kapitalis-kapitalis itu terus tertawa………

Sungai Tok Molor, 23 Jun 2014

Hukum dan hukuman.......

Bila melihat kesalahan
Kita sering menghukum
Tanpa kita siasat
Dan kita mengikut emosi

Sedangkan di lain waktu
Kita ingin keadilan ditegakkan
Sedang kita alpa
Pesalah juga punya hak

Kita menyokong hukum
Kita menegak adil
Tapi bila sesuatu terjadi
Kita menghukum mengikut emosi

Ingatlah, kita hadir ke dunia
Disertakan sekali buku panduan
Di dalamnya telah tercatat
Segala salah dan apa hukuman

Ikut lah, patuhlah
Nescaya kita akan menjadi adil
Siapakah yang kau lebih percaya
Dari Dia yang Maha Pencipta.......

Kediaman Rasmi, Batu Buruk, 23 Jun 2014

Penyair dan anak warisan....

Anak warisan masih bernyanyi dan terus terabai
Terus bermain api walau padah sudah diandai
Nak salahkan siapa kalau semua tanah sudah tergadai
Sedang kalian mengangkat pemimpin yang umpama kaldai

Penyair dari gunung masih terus gigih berkarya
Kerna masih terlalu terlalu ramai yang miskin dan papa
Walau dijerit bak halilintar  dan dilaung seluruh nusantara
Nyata ianya tidak membawa erti dan memberi makna

Anak merdeka masih lagi terpesong dalam mencari erti
Apakah erti kemerdekaan dan apakah yang perlu diisi
Kerna yang direbutkan adalah semata-mata pangkat dan kerusi
Tiada perjuangan dan kebangkitan membela maruah dan harga diri

Cerita tentang tanahair hanyalah retorik yang usang
Semua melalak bingit pada paksi keadilan yang tumbang
Namun tak sedikit yang masih alpa melihat maruah yang hilang
Bukan diragut direnggut tetapi dijual dalam tenang dan dalam terang

Patriotik hanyalah satu cetusan untuk mencari alasan
Supaya semua tunduk pada muka-muka yang gila kekuasaan
Walau hakikatnya terlalu payah untuk dicerna akal fikiran
Kerna natijahnya hanya pada sebilangan manusia yang berangan

Apalah malangnya nasib dirimu duhai anak warisan
Kau dibiarkan main api hingga hatimu menjadi korban
Sedangkan kau di kelilingi air, patutnya kau dalam nyaman
Rupanya air pun tergadai , tiada apa untuk jadikan mainan

Apalah nasibmu duhai penyair dari gunung
Kau bersajak berhiba pada noda yang tak tertanggung
Kerna mereka takkan percaya kecuali ada kertas bermuka agung
Kalau banyak kau hamburkan pasti tinggi kau kan dilambung

Penyair dari gunung dan anak warisan kat pasti dilupa
Kerna hanya di hati yang ingat bayang dirimu kan bertapa
Sedang pada yang lain seolah kau tak pernah hadir menyapa
Mereka kan terus bersorak hingga tergadai semua yang ada………

Chendering, 26 Jun 2014

Tuesday, June 17, 2014

Ibu

Sedari kau dalam kandungan
Jerihnya ibu tiada bandingan
Sakit dan lelah suatu tanggungan
Tapi gembira menanti kehadiran

Bila saja dirimu lahir
Gembiranya ibu batin dan zahir
Walau ditempuh saat yang getir
Lihat jasadmu berkuntum bibir

Sedari kecil dirimu diasuh
Atasmu sehelai daun pun tak dibenar jatuh
Siang dan malam, kau dilayan tanpa keluh
Sakit dan demam, dijagamu dengan bersungguh

Bila kau melangkah usia
Untukmu semua ibu kan sedia
Makan minum dan pakai segala
Untuk dirinya tak pernah dikira

Bila kau menjadi remaja
Ibulah yang libang libu hatinya
Bimbang kau tak bersedia
Mengharungi dugaan dan cabaran dunia

Bila kau menginjak dewasa
Hati ibu mungkin sedikit lega
Menunggu masa untuk mu berkeluarga
Melihat dirimu tenang dan gembira

Sekian masa dalam meniti waktu
Banyak rintangan dan cabaran berlalu
Ibu juga yang nanti dan menunggu
Untuk dirinya mempunyai cucu

Hingga mungkin hujung usia
Ibu berkorban demi anak-anaknya
Tanpa mengira diingat segala jasa
Tanpa mengira samada kan dibalas anaknya

Aku ingatkan untuk diri sendiri
Dan untuk semua yang memahami
Segala harta boleh kau cari
Tapi ibu tak mungkin bisa diganti


 Chendering, 18 Jun 2014

Duhai mata

Duhai mata…
Aku perlu tidur yang lena
Tapi entah mengapa
Letih terasa kantuknya tiada

Duhai mata
Berapa lamakah lagi
Aku menunggu untuk bermimpi
Atau perlu ku mengira biri-biri

Duhai mata
Mimpiku sedang menunggu
Untuk hadir bertamu
Menunggu lelap mataku

Duhai mata
Aku teramat penat
Waktu pun semakin lewat
Dan gelap malam semakin pekat

Duhai mata
Aku ingin tidur
Agar segala uratku kendur
Agar esok pandangku tak kabur

Duhai mata
Aku ingin tidur………

Kediaman Rasmi, Batu Buruk 16 Jun 2014

Ayah

Ayahku bukanlah orang yang kaya
Bukanlah seorang yang tinggi pangkatnya
Tapi dalam kehidupannya dia berjaya
Mendidik kami sehingga dewasa

Ayahku bukanlah orang senang
Bukanlah kemewahan yang dia sayang
Bukanlah kekayaan yang dia tatang
Carilah hakikat yang perlu dipandang

Semasa hidupnya dia disenangi
Ramainya kawan ke sana ke mari
Saudara mara sering menanti
Mendengar lawaknya tertawa gelihati

Pada kami pernah dia berkisah
Tentang permulaan hidupnya yang amat susah
Bagaimana sedari kecil tanpa berayah
Meneruskan hidup  walaupun payah

Dengan keringat dia berusaha
Melalui pengalaman segala kerja dan usaha
Niatnya kehidupan perlu dibina
Untuk bekalan di hari tua

Sedari kecil kami diasuh
Ada adab dan peraturan yang perlu dipatuh
Jikalau berjaya, janganlah angkuh
Pegangan agama mestilah kukuh

Dihujung hayatnya terbaring sedih
Jarinya bergerak umpama bertasbih
Bibirnya menyebut nama Allah yang dikasih
Dimatanya ada titisan-titisan jernih

Ahad 20 Mac 2011 sampailah masa
Dia pergi meninggalkan dunia
Tinggalkan kami untuk selamanya
Hanya yang ada nisan di pusara

Kini ayah telah pergi
Satu perjalanan yang takkan kembali
Kupanjatkan doa pada Ilahi
Semoga rohnya senantiasa dirahmati

Ya Allah Ampunkanlah dosa-dosanya
Ya Allah Tinggikanlah darjatnya
Ya Allah Kurniakan dia segala rahmah dan berkahmu
Ya Allah Masukkanlah dia ke syurgaMu

Buat Bak Allahyarham Hj. Wan Zahid bin Chik, PJK (2 Sep 1947 - 20 Mac 2011)

Kita bicara

Kita bicara tentang pembangunan pesat
Kita sebut tentang binaan-binaan hebat
Dalam pada itu kita lupa pada segala niat
Kita alpa pada kesusahan yang menghambat

Kita bicara pasal projek-projek mega
Yang kosnya mencecah ratusan juta
Tapi kita lupa pada siapa dan juga untuk apa
Bila segalanya hanya sebahagian yang merasa

Kita bicara tentang pencakar langit
Muncul di tengah kota yang membingit
Tapi kita alpa pada kedhaifan yang pahit
Menumpang hidup di balik runtuhan konkrit

Kita bicara tentang segala jenis kemajuan
Tentang teknologi yang mendahului zaman
Tapi kita lupa untuk mencari pedoman
Sedang amanah diberi lenyap kita lupakan

Kita bicara tentang hebat sejarah silam
Kita bercerita hebatnya kita semalam
Tapi kita lupa semuanya hanyalah memori kelam
Yang pasti suatu hari akan terus terpadam

Kita bicara dan terus bicara
Kita bercerita tapi kita lupa
Kita melihat pada yang indah saja
Sedang kita lupa pada erti sengsara………


Chendering, 17 Jun 2014

Friday, June 13, 2014

Reality

It may needs more than cleverness and insanity
To determine whether the glass is half full or half empty
But it just needs something higher than stupidity
To tell everyone what’s wrong with our community
You’ll heard it now and then, you’ll see it daily
All those murders, rape and those kinds of cruelty
What worst is about that daylight robbery
About corruption, leakages and cases of bribery
Have we ever thought about penury and poverty?
All those people living in sadness and misery
Living hard to make ends meet, about the difficulty
Struggle between keeping life in faith, about morality
Don’t say that you care, never talk about sympathy
Be in their shoes, and then you can explain about empathy
All this got nothing to do, nothing ever close to charity
Damn it! Admit it; this is definitely your responsibility
We have yet to talk about effectiveness and efficiency
And measures to close those gaps and inadequacy
We talk and we talk but nothing about accountability
Where people becomes doubt, more about ambiguity
We talk and we say about maintaining the democracy
But our hands were stained with bloods of tyranny
We say it loud, we strive to be heard, the audibility
But given chances,  we can’t control the profanity
We boast about what we do, what we achieve in technology
But does it make sense to people living in fear and anxiety
We forgot our task in life; we forgot our oath to our God the almighty
We know we’re going to die, but we act like we’re going to live to eternity

Kuala Terengganu, 13th June 2014

Thursday, June 12, 2014

Antara bijak dan sebaliknya

Orang bijak tertanya tentang diri sendiri
Dimana kurangnya dan bagaimana nak perbaiki
Orang bodoh pula silap orang akan dicari
Untuk dihina dan terus juga dicaci maki

Orang bijak tidak akan bertindak melulu
Setiap satu perkara diselidik terlebih dahulu
Orang bodoh tiada berfikir dengan sebegitu
Yang penting buat dulu walau minda tidak setuju

Orang bijak bertindak dengan hikmah
Tidak mudah tunduk pada domba dan fitnah
Orang bodoh tidak mengira situasi dan hemah
Yang penting puas hati dan lepaskan amarah

Orang bijak semua aspek perlu difikirkan
Sebelum membuat satu-satu keputusan
Orang bodoh hanya mempunyai satu tujuan
Kalau tidak betul, pasti akan dicari alasan

Seperti Charles Bukowski pernah berkata
Ada satu masalah yang lazim pada dunia
Dimana yang bijak sering tertanya-tanya
Dan si bodoh yakin tahu mendabik dada

Chendering, 13 Jun 2014

Penyair tua di pinggir kali

Seorang penyair tua di pinggir kali
Sering hadir mencari ketenangan diri
Mencari patah-patah kata untuk dijadikan puisi
Kisah lama atau cerita yang pernah muncul di mimpi

Baru sekejap penyair tua itu berada di situ
Tapi seakan terlalu pantas beredarnya waktu
Seringkali penyair tua itu bangkit dan berlalu
Tanpa mendapat kata-kata serta bait-bait yang perlu

Namun keyakinan penyair tua tak pernah goyah
Tetap mencari ilham walaupun ketikanya payah
Kerna tiada siapa menyangka, ianya tidaklah mudah
Untuk menyusun kata dan ritma-ritma yang perlu digubah

Saban hari saban waktu penyair tua tak pernah bosan
Kekeringan ilham dan hilang kata tak pernah dijadikan alasan
Untuk dia terus berpuisi , kerna ada yang perlu dijelaskan
Ada yang perlu ditegur, ada yang perlu diberi peringatan

Penyair tua terus mencari kata membentuk syair
Mencari kaedah-keadah kerna ada yang perlu disindir
Kerna ada yang ditegur kata, insafnya tak kunjung hadir
Tapi kalau disinis, darah kesedaran akan terus mengalir

Sampai bila penyair tua sendiri pun tak pasti
Kerna penyakit lalai masih tersimpan dalam banyak hati
Perlu ditegur bukan pada khalayak, malah diri sendiri
Menjadi panduan semasa hidup bawa bekal hingga mati

Penyair tua takkan pernah jemu
Kerna dia menghargai apa jua yang ditemu…………

Chendering, 13 Jun 2014

Alif Ba Ta

Alif, Ba, Ta……….
Huruf dikenal ayat dibaca
Walau perlahan teruskan jua
Moga tahu menilai yang mana

Alif, Ba, Ta…..
Ayat dibaca dengan percaya
Dengan yakin yang masih ada
Untuk tahu menilai yang mana

Alif, Ba, Ta……
Percaya kukuh di dalam dada
Bersendi iman pada Yang Esa
Tahu menilai ada dan tiada

Alif, Ba, Ta…….
Sebegitu bermula…………

Kediaman Rasmi, Batu Buruk, 12 Jun 2014

Wednesday, June 11, 2014

Masyuarat bermula........

Mesyuarat bermula
Kubu-kubu dibina
Cuba mencari salah siapa
Mari kita lihat siapa yang kena

Yang ampu kan mengampu
Yang nafi kan menafi
Yang dalih kan berdalih
Yang bijak diamkan diri

Bukan kerna
Si bijak tak pandai berhujah kata
Bukan kerna
Si bijak tak tahu pertahan fakta

Cuma
Kerna si bijak tahu di hujung cerita
Semuanya berakhir tanpa ada apa
Yang banyak bercakap kan dapat kerja
Yang banyak ampu kan tambah kerja
Yang berdiam diri mungkin juga kena

Jadi
Apa guna bertegah kata
Cuma bazirkan liur sahaja
Lebih baik si bijak bertinta.........

Bilik Mesyuarat 2, 11 Jun 2014

Tuesday, June 10, 2014

Aku melihat (Bahagian 3)

Aku melihat terus lewat tetingkap darjat
Memandang ke dalam pada niat berhajat
Temboknya nyata  tinggi untuk di panjat
Terlalu jauh walau kelihatannya dekat

Aku mendongak pada tingkat keangkuhan
Melihat pada tingkah laku kesombongan
Meracun pada jasad-jasad yang gila kedudukan
Merubah jati diri hingga membentuk sempadan

Aku merenung pada teropong khayalan
Menilai ke mana arah tuju dan masa depan
Melihat balik pada sejarah yang ditinggalkan
Mengutip cebis-cebis harapan dan keyakinan

Aku melihat pada ikhlas yang terpencil
Sebelum bermula sudah berkira tentang hasil
Mengira segala jenis tanah dan kerikil
Menguis segala yang nyata dan yang tamsil

Aku mencari pada kisah-kisah silam
Pada wujud kasih yang masih mendalam
Hanya kelihatan bara cinta yang telah terpadam
Bertukar menjadi arang nista yang tenggelam

Aku melihat memandang  untuk aku percaya
Bahawa ada keyakinan yang masih bersisa
Kemanusiaan dan harapan pun masih ada
Dalam meniti kehidupan hingga ke hujung masa

Chendering, 11 Jun 2014

Monday, June 9, 2014

Langkah dalam kehidupan


Aku terus melangkah mencari kehidupan
Dalam alam yang telah lama dirosakkan
Dengan segala ribu macam kebobrokan
Bersama jutaan resah gelisah menjadi bebanan

Pernah aku terpijak paku-paku kemiskinan
Lantas mengalir darah-darah kefakiran
Sakit, perit, azab dan segala macam kedhaifan
Tiada bantuan, sekadar ada yang menunjuk tangan

Pernah juga ku tersadung banir-banir keangkuhan
Jatuh di ejek ranting-ranting kesombongan
Sakit, malu, dan seru hina terus dilontarkan
Lupa pada asal mereka yang sama kejadian

Aku terjerumus dalam lopak-lopak kebejatan
Antara norma-norma peribadi yang tak kelihatan
Kotor, jijik, dan kesakitan yang dirasakan
Dan terus dilempar cemuhan tanpa pertolongan

Aku meniti pada titian yang tiada imbangan
Senget pada yang punya pangkat dan jawatan
Jatuh, tumbang pada angguk dan arahan
Hanya direnung tanpa simpati dan belas kasihan

Alangkah bagusnya kalau ada sayap kekuasaan
Pasti ku bebas terbang dalam mencari tujuan
Akur, patuh, percaya pasti kan jadi pegangan
Tiada lagi segala macam benda dan alasan jadi halangan

Alangkah bagusnya aku punya tompang kekayaan
Pasti akan tunduk segala jenis angkuh dan kesombongan
Rayu, sokong pasti akan menggantikan segala cacian
Semua sanggup berlutut meminta untuk disuapkan

Namun aku percaya semua itu adalah ujian
Untuk setiap dari kita sebagai satu pengajaran
Yang miskin, fakir perlu juga ada jawapan
Namun yang kaya lagi besar dipertanggungjawabkan


Chendering, 10 Jun 2014

Chubadak 9 Jun

Atas nama pembangunan
Semua kawasan kau ranapkan
Mana janjimu kebajikan
Mana janjimu rakyat didahulukan

Berembang telah lama musnah
Chubadak juga telah runtuh ke tanah
Selepas ini manakah kan kau ratah
Tanah manakah yang kau kan tarah

Semua agensi telah kau perguna
Sebagai penguasa kau bermaharajalela
Tidak pernah kau kira nasib mereka
Hanya kerna kau yang mempunyai kuasa

Apakah ini harga pembangunan
Apakah ini namanya kemajuan
Bila rakyat engkau sisihkan
Dalam mengejar arus pemodenan

Apakah sebenarnya yang engkau fikir
Mereka yang miskin dah menjadi fakir
Dari kediaman mereka, kau mengusir
Diberi pampasan ikut yang kau taksir

Kau tak pernah mengira susah mereka
Kau tak pernah peduli tentang derita
Hanya yang kau tahu menimbunkan harta
Hanya yang kau tahu mengejar gah dunia

Apakah kau lupa akan penghujungnya
Selepas kita meninggalkan dunia
Di Mahsyar nanti pastikan ditanya
Bagaimana kau ingin  menjawabnya

Chendering , 10 Jun 2014

Terima kasih

Terima kasih
Atas kepercayaan yang kalian khianati
Atas tanggungjawab yang kalian ingkari
Semua ini bukanlah apa yang kalian janji
Tapi semua ini kerna kalian lebih pentingkan diri

Terima kasih
Atas kesusahan yang kalian biarkan ada
Atas kemiskinan yang terus berleluasa
Walau hasil bumi amat cukup untuk semua
Tapi kalian rakus, tamak, terlalu gilakan kuasa

Terima kasih
Atas jerit perit kehidupan yang amat payah
Atas bingit derita sengsara yang semakin bertambah
Kerna kalian lalai dari tugas untuk berusaha mengubah
Tapi kalian biarkan segala kebathilan bercambah

Terima kasih
Atas segala jenis penghinaan yang kalian seru
Atas segala kebodohan yang telah berlalu
Kalian ibaratkan kami marhain yang tak mampu
Lantas kalian permainkan dengan janji-janji palsu

Terima kasih
Kerana sesungguhnya kami masih ada jalan
Untuk kami mengadu pada Tuhan……………..

Chendering, 9 Jun 2014

Maafkan kami alam

MAAFKAN KAMI ALAM

Maafkan kami alam
Kami sebut atas nama pembangunan
Kami runtuhkan pasak-pasak kekuatan
Kami tarah bongkah-bongkah pegangan
Dan kami timbuskan keluk-keluk aliran

Maafkan kami alam
Kerna kami rela biarkanmu bersedih
Pada kebejatan yang semakin mendidih
Dan kerosakan yang buatmu tangis merintih
Dan  pada kesengsaraan yang maha pedih

Maafkan kami alam
Kami lemah pada pintaan haloba
Kami tunduk pada ajakan nafsu dunia
Kami rela maruah digadai merata
Hingga tergadai semua yang kami ada

Maafkan kami alam
Kerna sepanjang kasihmu pada kami
Kau relakan semua walau kau dikhianati
Kau terima segala walau kau disakiti
Hingga akhirnya kau pun lelah menunggu mati

Maafkan kami alam
Kami bukan pejuang abadi
Kami sekadar pencinta duniawi……

Chendering, 9 Jun 2014

Sunday, June 8, 2014

Melihat kehidupan


Einstein pernah berkata
Kita harus melihat hidup melalui dua cara
Satu cara adalah tiada keajaiban akan berlaku
Satu lagi adalah setiap benda ada keajaiban

Dalam melusuri kehidupan
Tengoklah dengan pandangan mata
Renunglah dengan tafsiran hati
Fikirkan dengan kecerdikan akal

Melihat hidup tanpa keajaiban
Memaksa kita untuk tidak berhenti berusaha
Kerna setiap tujuan akan ada halangan
Dan setiap kejayaan pasti tidak hadir begitu saja

Melihat pada semua keajaiban
Percayalah pada doa dan tawakkal
Walaupun di saat genting hampir gagal
Tidak semestinya kejayaan tidak kan tercapai

Dan orang yang mencuba dia kan pasti
Bahawa dia tak pernah gagal walau sekalipun
Mungkin dia akan berjaya dalam usaha
Atau dia kan menjumpai cara yang tidak………

Chendering, 9 Jun 2014

Dalam khayalan

Aku terbang bebas dalam khayalan yang luas
Melintasi gerbang nikmat yang telah hampir punah
Melihat ke kota bahagia yang sudah terlalu usang
Melihat sisa-sisa runtuhan kalimah cinta yang dilupakan

Aku terbang tinggi, merenung dan terus mencari
Manakah tugu-tugu kasih sayang yang pernah diagungkan
Manakah tembok-tembok keriangan yang pernah wujud
Yang nyata hanyalah kuburan kejayaan yang telah padam

Kini , aku melihat pada keadaan yang hakiki
Gerbang muslihat masih teguh berdiri lagi
Kota kedukaan makin maju membangun tanpa jemu
Kalimah nista dibina tanpa kenal lelah dan pilu

Aku terus melihat walau dalam paksa yang amat
Pada tugu-tugu kebencian yang semakin kencang
Pada tembok-tembok keangkuhan yang menafikan
Menyiram kuburan yang pasti tidak akan kembali

Aku melihat, merenung dan aku sedari
Andai kita tidak bangun dan kembali kita bina
Semua ini akan lenyap terus menjadi sejarah
Belum tentu sejarah ini akan dikenang atau dijulang

Kerna sememangnya sejarah ditulis oleh yang menang.......

Chendering, 9 Jun 2014

Dari sini

Dari sini kita berlari
Mencoba untuk mengejar bayang-bayang mimpi
Walau pantas, tiada sempat sebelum ia berlalu pergi
Sesal, kesal, kecewa dan ratap membeku di hati

Dari sini kita melangkah
Menyeret tatih-tatih yang makin lemah
Sebelum akhirnya makin kaku dan lelah
Hiba, merana, sedih yang tak kunjung sudah

Dari sini kita membentak
Pada hakikat keyakinan yang memberontak
Hingga akhirnya kepercayaan pun bergolak
Ragu, keliru, celaru semua bermain di benak

Dari sini kita cuba bangkit
Dalam pinta-pinta kata yang makin membingit
Natijahnya rasa gundah semakin membukit
Bosan, lesu, dendam saling berbangkit

Dari sini kita cuba bangun
Pada bayang-bayang jasad makin pegun
Akhirnya kita leka dalam keliru yang merimbun
Gelisah, resah dan keluh saling tersusun

Dari sini kita cuba berdiri
Pada sisa-sisa keluhuran akal dan budi
Menjadi teras pada kekuatan peribadi
Moga akhiran yang molek kan menjadi pasti……..

Chendering, 9 Jun 2014

Lihat, pandang dan percaya

Ada yang memandang tapi tak melihat
Pada cerminan perangai dan tabiat
Nampak jelas tapi tanpa hakikat
TIada pasti antara jauh dan juga dekat

Ada yang melihat tapi tak memerhati
Mencari sifat dan jati diri yang tak pasti
Bermain antara pintalan maya dan realiti
Berbalah antara keyakinan dan ilusi

Ada yang memerhati tapi tak kunjung faham
Mencari ruang-ruang antara titik-titik hitam
Mencari bingit-bingit luahan dalam diam
Menilai antara norma-norma yang semakin padam

Ada yang cuba faham tapi kurang percaya
Pada segala fakta dan hujah yang ada
Berbelah bagi antara kata puji dan nista
Berkelahi menentukan apa yang sama dan yang beza

Ada yang mempercayai tapi tiada yakin
Pada sifat-sifat dan akhlak yang semakin miskin
Meneliti dalam diri tanpa laku selidik dan cerakin
Merubah sifat tanpa pendesak dan pemangkin

Ada yang telah yakin tadi tiada istiqamah
Dalam menjadikan satu pegangan bukanlah mudah
Dalam meneruskan kehidupan yang makin payah
Untuk terus mengejar segala mimpi indah

Chendering, 9 Jun 2014

Mentari jingga

di hujung pandang mata
terlihat sang mentari jingga
sedang merenung hiba
pada sendu lelangit senja

sedang gelap makin hampir
sedang siang kan berakhir
sedang gelita makin hadir
pada sempadan masa yang terukir

mentari kan pergi untuk beradu
umpama waktu yang pergi berlalu
tika tiada pandang pun kelabu
meruntun hati yang merindu syahdu

renunglah dari mata hati
mencari sahih yang nyata pasti
di hujung sana masih menanti
sebelum mentari berlalu pergi

Kediaman Rasmi, Batu Buruk, 9 Jun 2014


I write

A blank paper and a black pen
Like two foreigners, each an alien
But in words they'll able to blend
From one to another, right to the end

I write and I write, each came from my mind
Some are stories, others memories left behind
Between remember and forget, fly away without wings
Between brave and fear, hold on to what it clings

Some of those, strongly bind with times
Some of others, with anything it couldn't rhyme
Maybe along the way, nothing to be blame
Or maybe there, something in the frame

I write and I write, until nothing left
Fill into needs, something between the cleft
But until when, I definitely can't tell
Whether now or then, I did not know very well

I realize and sure, there's nothing more
But if you feel it, it still same as before
It does not heal, it is not a bezoar
There's nothing left, nothing to uproar

I write and I write, till I'm out of ink
But still in my mind, a lot more to think..............

Pantai Batu Buruk, 9th June 2014

Ingatan

Apakah tanganmu takkan berkata
Dihadapan Tuhan Yang Maha Esa
Membuka habis segala rahsia
Apa kau ambil apa kau terima

Adakah kakimu takkan bermadah
Memberitahu kemana kau melangkah
Ke atas takhta atau ke lembah
Ke arah mardhiah atau lauwamah

Adakah mulutmu akan membisu
Atau kan memberi kata-kata palsu
Atas segala amarah caci nistamu
Atau segala harapan yang telah kau rayu

Adakah telinga akan berdiam
Pada setiap cerita semalam
Engkau mendengar dan engkau faham
Tapi yakinmu masih berbalam

Pasti bersuara setiap anggota
Bukan hanya rekaan dan cerita
Tetapi adalah yang benar segala
Tiada ruang untuk bersembunyi darinya

Segala amalmu pasti ditimbang
Antara doa dan pahala diimbang
Jika kau patuh , tak perlu bimbang
Tapi sebaliknya, pastikan malang

Mahkamah itu yang paling adil
Andai bersalah, tak mampu berdalil
Andai baik, balasannya tak pernah bakhil
Kerna Dialah Tuhan Rabbul Jalil

Ingat-ingatlah wahai manusia
Kita kan pergi bila dah tiba
Bila berakhir waktu dan masa
Untuk kita hidup di dunia

Kediaman Rasmi, Batu Buruk. 9 Jun 2014


Saturday, June 7, 2014

We're Killerbee's

We ain’t any gangsters, we don’t do any harms
We are brothers, so we extend our arms
We aren’t any younger, but still have the charms
We not aim to conquer, just from hive to hive we swarms

We go for performance, more on horse-powers
To pull in more air, not done it through blowers
To gain more numbers, seen in our accelerometers
We do it by our own, coz we’re accomplishers

We get more knowledge, among us we share
When it came to issues, between us we do care
To offer assistance, we did it without aglare
We do it for charity, we don’t ask for fare

We’ve been like brothers, more than just friends
We’ve been together, through straights and bends
No limit for us, to the community we appends
If we have good things, to all we recommends

We are growing, even more day by day
Even we changed our machine, in here we will stay
Maybe it’s not same, but still has something to say
There’ll be differences, but from same root anyway

We are strong, that’s what we’re meant to be
Coz for whom that knows us, we’re Killerbee's…..

I wrote this in conjunction with Killerbee's Track Day that took place yesterday 7th June 2014 in Litar Dato' Sagor, Kg. Gajah, Perak.

They told us.....

They told us that everything is fair,
But for us things that’s free is only air,
They told us they will definitely care
But they don’t see it even we light up the flare

They told us that life is peace and good
But we all got nothing under the hood
They told us that there’s no need to scream
But they left the dough after they ate all the creams

They told us not to spend but to save
But every price is high we had to work like a slave
They told us that we can share the slices
But after all, we are the one who pays for the prices

They told us we have right to object
But everything that we proposed, they will reject
They told us that we had to obey the law
But when it comes to them, looks like regulations is flaw

They told us in them we can trust
But everything they did, is only based on their lust
They told us we will prosper this land together
But what they did is like this country is ownership of their father

They told us there are sacrifices that we had to take
But at the end, they are the one who took the bigger stake
They told us to be faithful and not to betray
But if anything happened, they are the first to run away

They told us that they would not let us cry
But actually they’re letting us die……….

Anutan atau ikutan

Setiap minggu ianya pastikan tiba
Hari Jumaat muncul seperti biasa
Hadir ke masjid setiap lelaki tua dan muda
Walau di waktu lain ke masjid tak jumpa tangga

Semua hadir ke masjid bersolat jumaat
Sama-sama berselawat mencari syafaat
Tapi darinya berapa ramai yang kenal syariat
Tahu akan segala sebab, musabab dan akibat

Solat Jumaat kenapa disuruh berjemaah
Bukanlah boleh solat sendirian dirumah
Ada pula seorang  khatib bersuara hikmah
Di atas mimbar lantang membaca khutbah

Ada sebab semuanya disuruh begitu
Untuk peringatan kita waktu ke waktu
Juga disuruh agar kita semua bersatu
Sesama Islam janganlah kita berseteru

Setiap apa yang telah Allah suruh
Ada musabbab yang sudah jelas sungguh
Perlu kita semua pelajari dan juga patuh
Agar kita kenal halal, haram, harus dan makruh

Begitulah juga dengan haramnya khinzir
Ada bersebab kenapa hukumnya hadir
Perlu dibaca, teliti, fahami dan tafsir
Bukan sekadar menjadi ikutan di bibir

Kita perlu faham satu pegangan
Agama adalah anutan bukan sekadar ikutan

Manusia dan ceritanya....

Manusia ini makin menggila dan terus lara
Dalam dunia yang makin kelibut dan caca marba
Ada yang memandang tapi diam tak berbuat apa
Ada yang berkuasa tapi jelas semua itu di salah guna

Mereka bersuara pasal bukan Islam yang bertudung
Tapi tak mengapa gadis-gadis Islam tanpa kerudung
Bukannya mengajak agar amal sama dihitung
Hakikatnya mereka lebih miang dan lebih bisa dari jelutung

Mereka mengutuk babi yang masuk dalam cokelat
Tapi tak dikawal burung-burung dalam pelikat
Tak kira janda, dara atau sunti mereka sebat
Ada yang lepas dan ada akhirnya bercambah jadi zuriat

Yang kaya bersenda tawa di hotel-hotel mewah
Yang papa dalam semak kau berkhemah
Tujuannya hanya tubuh-tubuh untuk dimamah
Punca dari keyakinan yang semakin lemah

Natijahnya akan berlaku pada suatu masa
Munculnya bayi-bayi yang tidak berdosa
Jasad-jasad kecil yang tidak diakui milik siapa
Lantas ditanam atau dibuang, dibiarkan mati tersiksa

Saban hari kan kita lihat, kita dengar dan kita baca
Di sungai, di gaung, dalam timbunan sampah pun juga  ada
Sebahagiannya hanyalah cebisan-cebisan yang bersisa
Menjadi korban pada haiwan yang tidak mengenal mangsa

Bilakah semua ini akan dapat berakhir
Bilakah kesedaran dalam diri kita semua akan hadir
Sebelum semua isi dunia ini akan meletus menjadi cair
Dan sebelum di Mahsyar kita beratur menunggu gilir

Aku berkata bukan kerana aku manusia yang maksum
Kejahilan diriku ini telah sedia ku sedar dan juga maklum
Cuma mengajak masyarakat yang insaf dan yang belum
Agar mencari iktibar dari segala tafsir dan juga mafhum

Chendering, 6 Jun 2014

Thursday, June 5, 2014

Bila Firaun berniaga

Bila Firaun berniaga
Pasti mengundang bahana
Kerna peluang takkan terbuka
Dan akhirnya rakyat kan sengsara

Bila Firaun berniaga
Kelayakan pasti tak diambil kira
Kerna yang menentukan adalah kuasa
Kerna yang meluluskan tiada setara

Bila Firaun berniaga
Pasti keadilan tak dirasa
Kerna yang menentukan harga
Lebih untuk mengampu sahaja

Bila Firaun berniaga
Yang lain pastikan lihat saja
Menunggu andai ada sisa
Sedikit habuan untuk mereka

Bila Firaun berniaga
Penindasan kan bermaharajalela
Yang lemah kan menjadi mangsa
Yang untung pastinya mereka

Bila Firaun berniaga
Bukan kerana pandainya dia
Tapi merintis peluang yang ada
Sudah pastinya kan di ali baba

Bila Firaun berniaga
Pasti Qarun pun kan ada
Menunggu dengan mulut ternganga
Menjadi proksi untuk jadi kaya

Bila Firaun berniaga
Hamman pun pasti kan ada jua
Menyuci bersih segala dosa
Pasti korupsi akan berleluasa

Bila Firaun berniaga
Masih adakah sekelumit harta
Untuk marhain tumpang merasa
Bukan sekadar melihat saja

Bila Firaun berniaga
Yang lain kan berputih mata
Hanya mampu melihat sahaja
Dan marhain terus derita.....

Simpang Tok Adis, 6 Jun 2014

Manusia

Manusia masih leka dalam mimpi ilusi fantasi
Manusia masih lupa pada maksud mencari realiti
Manusia masih igau dalam agungkan posesi kredibiliti
Manusia masih ingkar pada satu ketulusan yang hakiki

Manusia telah lupa pada cerita garis-garis sengsara
Manusia telah hanyut pada pintalan buih-buih caca marba
Manusia telah keliru pada simpulan akal yang dilimpah nista
Manusia telah celaru dalam mencari rasa percaya yang masih bersisa

Manusia perlu bangkit dari keyakinan yang makin sedikit
Manusia perlu bingkas untuk bina jati diri terus membukit
Manusia perlu pertahankan rasa percaya dari auta yang membelit
Manusia perlu mengatasi sedih pilu luka lama yang masih sakit

Manusia mesti lumpuhkan jasad kecelaruan yang keliru
Manusia mesti menolak rasa gah angkuh diri yang bertamu
Manusia mesti mencari jati diri dan peribadi yang amat perlu
Manusia mesti suburkan tafsiran akal-akal yang dah lama membeku

Manusia harus menjadi manusia yang sebenar
Manusia harus menolak candu-candu kebejatan yang beronar
Manusia harus mencari erti dalam kehidupan yang berlanar
Manusia harus mengikis sifat sikap nista yang telah lama berdamar

Manusia akan berubah kearah satu keyakinan yang subur
Manusia akan melangkah ke satu landasan yang tidak kabur
Manusia akan menggapai erti dalam hidup yang berterabur
Manusia akan terus kukuh genggam yakin pada yang akur

Manusia pasti kan capai darjat gemilang yang hebat
Manusia pasti kan sentuh jaya dalam nyata dalam kelibat
Manusia pasti kan lunturkan rasa percaya pada muslihat
Manusia pasti kan melangkah untuk terus capai matlamat

Kuala Ibai, 6 Jun 2014

Babi, Panda dan Aku

Babi, babi dan babi
Lain maksud pada lain intonasi
Perlahan menyebut lantang mengeji
Salah pun tidak, hinaan tetap pasti

Babi, babi dan babi
Andai tersentuh pastikan disuci
Andai termakan dah tau berhenti
Tapi tak berdosa andai tak diketahui

Panda, panda dan panda
Hadir tak ku pasti kenapa
Tapi yang pasti wangnya berjuta
Tidur bangun makannya dibelanja

Panda, panda dan panda
Semua mendengar pastikan tertawa
Bila kehadirannya diterangkan punca
Kerna alasannya tak boleh diterima

Aku, aku dan aku
Terasing dari arus berlalu
Kerna babi dan panda aku malu
Bila orang asing bertanya padaku

Aku, aku dan aku
Kenapa begini jadi tanahairku
Babi dan panda ceritanya bertamu
Menutup terus kisah marhain yang berliku

Babi, panda dan aku
Sampai bila harus begitu....

Mahkamah Makanan Batu Buruk, 4 Jun 2014

Resahku......

Aku hadir membilang resah
Aku tiba menghitung gundah
Pada derita yang tak kunjung sudah
Pada sengsara yang tak pernah mudah

Aku cuba bangkit kembali
Membentuk mimpi menjadi realiti
Namun teguh masih tak jati
Tumbang meratap jatuh kembali

Aku meminta menadah tangan
Pada kalian kupinta pertolongan
Semoga susah kan menjadi ringan
Mampu aku untuk capai impian

Bukan aku meminda helah
Bukan aku menggadai maruah
Hanya sekali aku berkisah
Agar mampu bangun melangkah

Harap jaya kan datang bertamu
Agar gundah kan terus berlalu
Moga yakin kan teguh selalu
Hingga matlamat mampu ku tuju

Dataran Mydin Kuala Ibai, 5 Jun 2014

Engkaukah perawan itu (Bahagian 2)

Engkaukah perawan itu
Dalam dingin engkau bertamu
Dengan hati bertaut rindu
Membelai jiwa menyentuh kalbu
Merobek sunyi sepi pun berlalu

Engkaukah perawan itu
Dalam kalut kau bersahaja
Dalam kelam engkau menyapa
Dengan kata meruntun jiwa
Dengan sentuhan yang tanpa nyata

Engkaukah perawan itu
Semerbak harum menawan hati
Meraut senyum memecah sepi
Umpama kuntum mekar tak pasti
Dalam diam aku berilusi

Engkaukah perawan itu
Meredah pekatnya malam
Membisik pada yang diam
Membangkit khazanah alam
Pada mimpi dan masa silam

Engkaukah perawan itu
Dalam kelibut engkaupun muncul
Rona wajahmu kata pun tersasul
Tanpa sempat salam ku usul
Melihat padamu senyum tersimpul

Engkaukah perawan itu
Bila ditanya engkau menghilang
Membikin hati menjadi walang
Tanpa lirikan hati tak tenang
Walau sedikit terlihat bayang

Engkaukah perawan itu
Dalam tangis engkau tertawa
Dalam sinis kau berseloka
Dalam manis engkau berhiba
Umpama gerimis hujan tak tiba

Engkaukah perawan itu
Aku musykil pada susukmu……..

Jambatan Kuala Ibai, 5 Jun 2014

Wednesday, June 4, 2014

Kelemahanmu dan aku...

Kau masih buta
Dalam mengenal kaca dan permata
Dalam mengenal benar atau dusta
Dalam keraguan mudah benar untuk kau percaya

Kau masih tuli
Dalam mendengar keluhan hati
Dalam mengenal hakikat naluri
Dalam tak sedar semua kau turuti

Kau masih bisu
Bila meluahkan perasaan di kalbu
Bila menceritakan pengalaman lalu
Dalam berdebat, terlalu dangkal hujahmu

Kau masih tempang
Bila cuba mencari jalan pulang
Bila mencari keyakinan yang hilang
Dalam melangkah, kau heret arus yang pincang

Entah sampai bila
Akan kau faham semuanya
Akan kau tahu erti dan makna
Agar nasibmu kan lebih terbela

Sandarkan ke bahuku
Dan menangislah sepuasmu
Kerna sesungguhnya aku  tahu
Aku juga tak mampu……………….

Jalan Sultan Omar, 4 Jun 2014

Seliparku hanyut

Buat kesekian kalinya
Seliparku hanyut lagi
kerna kelalaianku
untuk meletakkannya
ditempat yang lebih selamat

Seliparku hanyut
kerna air naik lagi
lalu mereka berkata
rumahmu di tanah tinggi
masakan banjir

coba kau lihat
rumahku di tanah tinggi
namun......
setiap kali hujan lebat
longkangku melimpah
lalu membawa seliparku pergi

seliparku hanyut
kerna air naik lagi
lalu mereka berkata
pasti longkangmu tersumbat
justeru rumahmu banjir

coba kau lihat
longkangku tidak tersumbat
namun.....
airnya tetap melimpah
lalu membawa seliparku pergi

lalu, bagaimana seliparmu boleh hanyut
andai rumah mu di tanah tinggi
andai longkangmu tidak tersumbat

lihat di tepi jalan sana
longkangku tidak tersumbat
rumahku di tanah tinggi
namun pihak berkuasa
membina longkang melawan graviti

akhirnya mereka faham
kerja tuhan mengurniakan hujan
tapi kebodohan manusia membanjirkan rumahku......

aku pasrah
dilain kali
seliparku pasti hanyut lagi.....


Jalan Kamaruddin
Seusai Maghrib 4 Disember 2013

Syaitan-syaitan bisu (Bahagian 3)

Syaitan-syaitan bisu
Semalam engkau jadi pejuang
Cakap terbalik pun engkau julang
Sudah tersiar pun kau ulang-ulang
Keluar habis jasad dan bayang

Satu entiti yang engkau bela
Walau kredibiliti sudah tercela
Namun semua kau sanggup usaha
Bukan berkata telan pun rela

Walau yakin khalayak digoyah
Engkau tak pernah nak ambil endah
Yang engkau tahu ikut yang arah
Walaupun tahu jelas dah salah

Syaitan-syaitan bisu
Kini mulut dikunci bisu
Bibir tertutup lidahnya kelu
Kalau suara pun tak sahih tentu
Umpama berbisik dalam kelambu

Apa jadahnya wahai memanda
Dalam majlis orang kau bersemenda
Sedang dah jelas fatwa dah ada
Kerana sokongan semua kau lupa

Mana pergi semua penasihat
Yang gajinya dibayar dari duit rakyat
Bukankah ini satu maslahat
Perlu dibetul bukan dibuat muslihat

Syaitan-syaitan bisu
Mana pergi semua amaran
Mana semua yang berani menelan
Mana jubahmu yang kau agungkan
Mana tokohmu yang kau megahkan

Demi kerana duduk selesa
Tugas hakiki kau tak laksana
Teguranmu hilang entah kemana
Takut hilang pangkat kurnia

Di depan khalayak kau kata pejuang
Pada hakikat kaulah jembalang.......

Chendering, 4 Jun 2014

Tuesday, June 3, 2014

Kegilaan apakah ini

Alahai manusia.......
Tidak pernah kusangka
Ingatkan hanya di lain negara
Tapi dibumiku ini pun ada juga

Hanya kerana sehelai tudung
Di kaki lima kau sanggup berkampung
Tak kau hiraukan nyamuk menghurung
Janji dibuka pintu, kaulah yang sulung

Apakah namanya kegilaan ini
Aku melihat tanpa ku mengerti
Adakah begini budaya nan jati
Atau ikutan di masa kini

Masih banyak perlu difikirkan
Anak di rumah perlu belaian
Suami nak makan perlu siapkan
Dari berkampung di tepi jalan

Kalau dikata mereka kan marah
Tapi nampaknya tak tentu arah
Dah jadi budaya semakin parah
Entah bilakah nasib kan berubah

Chendering, 3 Jun 2014

Monday, June 2, 2014

Siapakah aku ?

Mereka bertanya kepadaku
Mereka ingin tahu siapakah aku
Mereka ingin tahu manakah asalku
Kenapa dan mengapa aku pun tak tahu

Lalu aku pun memberi terang
Akulah sejarah yang tak pernah didendang
Akulah susuk yang cuba jadi pejuang
Tiada senjata lidah menjadi pedang

Lalu aku terus coba  menjelaskan
Mungkin aku hasil dari warisan
Nenek moyang yang jelas punya harapan
Tinggalkan tanah bumi tanpa minta balasan

Mereka masih seakan sangsi
Mereka masih tidak faham lagi
Mereka kata bahasamu terlalu tinggi
Terlalu sukar untuk akal mengerti

Untukku jelaskan adalah sukar
Untuk faham perlu minda yang mekar
Untuk percaya perlu jiwa yang besar
Pasti kau akan mengerti segala dasar

Cukuplah untuk kalian tahu
Sekadar waktu di sini ku bertamu
Sampai ketika masa dan juga waktu
Ke lain dimensi pasti kan ku tuju

Untuk kalian aku berpesan
Hargailah sejarah junjunglah warisan
Didiklah mindamu rungkaikan lah ikatan
Agar akalmu tak mungkin ketinggalan

Akulah sejarah hidup yang tak pernah didendang……….


Chendering, 3 Jun 2014

Kesakitan itu

Kesakitan itu
Mungkin adalah satu ujian
Menandakan kita masih dalam ingatan
Bukan manusia tetapi Tuhan
Agar kita tetapkan iman

Kesakitan itu
Mungkin juga satu kifarah
Atas sesuatu dalam sejarah
Yang tanpa sedar kita tersalah
Lari dari kehendak yang hikmah

Kesakitan itu
Mungkin satu penyembuh dosa
Atas khilafnya diri kita
Dengan sedar atau tanpa rasa
Samada tersalah atau sengaja

Kesakitan itu
Mungkin hadir sebagai peringatan
Bahawa kita mungkin keterlaluan
Mengejar hidup tanpa batasan
Dan yang menjadi sengsara adalah badan

Kesakitan itu
Membawa seribu makna
Yang penting kita harus percaya
Bahawa semua penyakit itu ada penyembuhnya
Samada telah ditemu atau belum terjumpa

Kesakitan itu
Kadangkala adalah kemanisan…………


Chendering, 3 Jun 2014

Politikus-politikus itu

Politikus-politikus itu
Hadirnya sejajar waktu
Pelbagai corak dan laku
Pelbagai bentuk dan kelaku
Ada yang lantang ada yang kelu

Politikus-politikus berprinsip
Tak lalai walau duit disisip
Tak relai walau umpan dititip
Sepanjang masa ilmu dan hujah dikutip
Pegangan utuh niat kemas dikacip

Politikus-politikus oportunis
Sebahagiannya adalah kapitalis
Pantang peluang cuba dikais
Poketnya penuh jiwanya muflis
Mencari pasti nasibnya tertulis

Politikus-politikus kritis
Andai pincang pasti disinis
Pantang salah mesti dikuis
Bukan menyusun anak dan waris
Kerna korupsi perlu digilis

Politikus-politikus usang
Wujud untuk memenuhkan ruang
Hadir mereka tiada yang mengundang
Wujud pun tiada yang memandang
Pergi pun tiada yang menghalang

Politikus-politikus sempit
Hadir bingar bak kaki rempit
Dengan kedudukan gadis dihimpit
Kiri dan kanan cuba nak dikepit
Niat satu cuma nak memipit

Politikus-politikus keperluan
Hadir cuma mengintai kesempatan
Kalau tak berhasil jadi tak keruan
Tapi kalau dah dapat habuan
Masuk ke selut liciknya macam haruan

Politikus-politikus usai
Hakikatnya waktu telah selesai
Namun belum cukup khazanah dicapai
Hantarkan warisan menjadi pencacai
Asal kuasa masih boleh digapai

Duhai politikus-politikus
Fikirkan dengan akal yang tulus
Di lobang manakah akan kau menikus
Baik sudahnya jika niatmu kudus
Buruk padahnya jika kau tak telus

Jalan Raja Laut, 17 Mei 2014

Persidangan kayu

Mereka bersidang di bangunan tinggi
Katanya (kononnya) mencari solusi
Dan juga membentuk visi
Hakikatnya memancing kantung diisi

Setiap orang punyai target
Jika tak gapai pastinya kaget
Apa diheran dacingmu senget
Janji kertas bermuka agung penuh di poket

Seharusnya bila jadi perwakilan
Ajak berbincang tentang kemajuan
Tapi kerna jumud pada habuan
Ampu dan bodek yang dulu laungkan

Di pentas itu engkau bermadah
Tuturmu jelas tempurung kau tadah
Setiap musim tak kunjung sudah
Sanggup apa pun walau jilat ludah

Apa ertinya engkau di pilih
Untuk marhain menumpang kasih
Agar nasibnya mampu dikalih
Tumpang gembira setelah sedih

Sesekali wajahmu muncul dilayar
Marhain melihat hatinya besar
Makan minum tidurmu mereka bayar
Tapi harapan mereka jauh kau sasar

Kisahkan berlaku berulang-ulang
Usai bersidang kau pun pulang
Bukan nasib mereka yang kau julang
Tapi bagimu tunai dan cek berpalang

Begitulah nasib para pencacai
Sehingga bila nak jadi macai
Dilain tahun mereka kan sampai
Untuk memohon tangan kau lambai

Persidangan kayu natijahnya satu
Penuhkan mangkuk untuk disudu
Dan bangunan tinggi masih di situ
Menunggu bodek menanti ampu

Persidangan kayu
Pemerhatinya batu
Agendanya ampu
Walau bangsanya layu.......

Jalan Putra, 17 Mei 2014

Kenangan lalu

Ingatkah lagi teman
Pada memori kita di Minowa
Musim luruh itu kita temui
Menyusur tebing Tenryu-gawa
Menggigil dalam kesejukan tak pernah dialami
Kerna kita datangnya dari Khatulistiwa

Sudahkah kau lupa
Saban waktu kita ke Matsumoto
Lepak ditangga Espa
Dengan sabar kita disitu
Menunggu Indonesia penjual kad
Untuk kita menelefon ke Malaysia

Ingatkah lagi kalian
Bila kita menunggu di Tasik Suwa
Untuk pancuran air panas
Yang memancut setiap satu jam
Dan kemudiannya kita menyusuri lorong
Untuk ke Kota Takashima

Masih segar dalam ingatanku
Kadang-kadang kita ke Ina Shi
Sekadar untuk membuang masa
Ke Kasuga-koen kita mendaki
Untuk melihat dedaunan luruh
Kerna kita hanya ada luruhan bunga

Sahabat,
Semua ini masih segar dalam ingatan
Seolah baru semalam ianya berlalu
Ronta hatiku untuk ke sana lagi
Mungkinkah di suatu hari nanti
Dapat aku bertamu ke sana.........

Pantai Batu Buruk, 3 Jun 2014

Dunia sengsara

Dunia ini dalam bencana
Dengan jelas aku berkata
Bukan aku mereka-reka cerita
Kau lihatlah jelas di semua berita

Ah...masakan....
Bukankah di sini kita aman
Tiada hidup dalam ketakutan
Kata mereka seolah melawan

Tidakkah kau lihat
Saban hari berlaku khianat
Hilang sudah semua semangat
Berjalan di luar tak rasa selamat

Tidakkah kau percaya
Pembunuhan kini berleluasa
Bukan sekadar orang dewasa
Kanak-kanak pun menjadi mangsa

Tidakkah kau perhati
Berapa banyak barang dicuri
Mungkin tak kena padamu sendiri
Sebab itu kau diamkan hati

Tidakkan kau endah
Tentang semuanya berkait rasuah
Ambil peratus atas dan bawah
Semua gila nak hidup mewah

Tidakkah kau rasa sungguh
Silap sedikit pun sudah dibunuh
Kadang yang tak bersalah dituduh
Terus dihukum walau buktinya utuh

Sebab itu ku kata
Dunia ini dalam sengsara
Bukan dunia yang gila
Tapi kerosakan kerja manusia

Ah....manusia terus menggila.........


Pantai Batu Buruk, 3 Jun 2014

Getaran Rasa

Oh malam engkau datang
Meneman daku yang sedang walang
Merisik sepi bila bertandang
Berlagu sepi sebelum kau pulang

Oh angin engkau berlalu
Membawa desir membelai kalbu
Menyejuk hati yang sedang pilu 
Membawa irama pada yang berlagu

Oh cahaya kemana kau pergi
Gelap gulita malam ku ini
Lantas membidik rasa nan sepi 
Menggengam lara hati nan sunyi

Oh rembulan dikau berbalam
Menambah pada gelapnya malam
Membisu mergastua semua pun diam
Menarik hati pada memori silam

Oh hati jangan kau bermula
Untuk mengingat segala sengsara
Biarkanlah semua menjadi lupa
Pada lampau yang penuh derita

Oh ombak teruslah hadir
Menemaniku yang duduk di pasir
Mengasyikkan lagu dari semilir
Hingga semuanya akan berakhir

Oh diri haruskan begini
Aku sendiri pun tidak pasti.......


Pantai Batu Buruk, 3 Jun 2014

Memori Natrah

Telahpun berlaku suatu kisah
Menjadi naskhah dalam sejarah
Telah membangkit keluh dan kesah
Malangnya nasibmu aduhai Natrah

Gadis dilahir keturunan Belanda
Asal duduknya di Pulau Jawa
Kerna penentangan bermaharajalela
Natrah diserah pada penjaga

Che Aminah membawa harapan
Melarikan Natrah hingga Kemaman
Membesarlah dia di dalam aman
Hingga mekar umpama bunga di taman

Akhirnya Natrah mereka terjumpa
Kerna pedaya dibawa ke Singapura
Rupanya menjadi permainan mereka
Natrah dipisah dari penjaganya

Che Aminah menuntut dari mahkamah
Akhirnya berjaya mendapat perintah
Untuk Natrah pulang kepada Che Aminah
Namun belum berakhirnya kisah

Tujuan untuk selamatkan akidah
Dengan Mansor Adabi, Natrah dinikah
Walaupun gantung dikira sudah
Hiduplah Natrah di dalam indah

Namun tak lama hukum pun datang
Perlulah tunduk pada undang-undang
Kerna usia dikira tak matang
Kepada ibubapanya harus dipulang

Pulanglah Natrah ke negeri Belanda
Membawa hati yang amat lara
Tinggalkan kasih tinggalkan cinta
Entah bilakah akan berjumpa semula

Setelah pulang masih berutus
Suratlah bukti kasih tak putus
Namun akhirnya kasih makin haus
Hati yang mekar pecah beratus

Hidup Natrah tak pernah senang
Satu persatu nasibnya malang
Ada sahaja masalah yang datang
Hingga ke sudah jiwanya menentang

Semakin lama resam terhakis
Tiada mampu ingatan dikais
Hiduplah Natrah umpama tertulis
Mungkin hatinya sudahpun kalis

Akhir kata dalam cerita
Natrah merantau ke Amerika
Namun hidupnya tidaklah cerita
Kerna sering mengharung derita

Inilah kisah hampir seabad
Natrah yang Muslim menjadi murtad
Walaupun nyata telah diakad
Namun berakhir dek sifat hasad

Jambatan Sultan Mahmud, 3 Jun 214

Mereka sudah lupa

Ah....mereka masih lupa
Pada sejarah lampau bangsa
Bagaimana kesan adu domba
Dan hukuman tanpa usul periksa

Mereka kata ambil iktibar
Tapi fitnah yang mereka sebar
Umpama juga sejarah Mendeliar
Dusta benci bertumbuh segar

Mereka bilang sudah berakhir
Cerita lama haruslah diusir
Namun dihati kuat terukir
Sifat kedekut, bakhil dan kikir

Mereka sanggah penuh bersungguh
Bila bercerita tentang yang angkuh
Tapi mereka tetap menuduh
Tanpa melawan semua patuh

Mereka kata tak pernah terjadi
Apa dicerita tiada bukti
Tapi semua ini dari mereka sendiri
Tanpa mengira jasad dan hati

Mereka mudah lupa
Akan sejarah bangsa mereka......

Kuala Ibai, 3 Jun 2014

Seketika di pelabuhan udara

Seawal pagi telah ku tiba
Di satu tempat pelabuhan udara
Ada seseorang perlu kujumpa
Dibawa ke pejabat bermesyuarat dengannya

Manusia hadir berbagai rupa
Ada yang tampak sudah biasa
Ada juga seolah tertanya
Mencari apa yang dikatakan antarabangsa

Ku duduk di satu sudut
Nasi lemak bilis dan air ku sedut
Sekadar mengisi mengalas perut
Pabila tengok bilnya aku sendiri pun terkejut

Enam ringgit lebih harganya
Nasi lemak bilis dan teh tarik cuma
Kalau di luar pasti murah sahaja
Terfikir, mungkin ini harga sebab antarabangsa

Hatiku terfikir juga
Kenapa harganya sedemikian rupa
Bukanlah semua yang hadir itu kaya
Mungkin hadir kerna menghantar orang sahaja

Adakah kerana harga modalnya
Ataukah kerna mahal sewanya
Bukan semua dah dikira segala
Ataukah memang kerna status antarabangsanya

Tiba masanya beredar dari situ
Kerna sudah sampainya waktu
Untuk mereka itu ku temu
Dan ku bawa bersama pulang ke pejabatku

Dalam perjalanan masih terfikir
Kenapa sedemikian perlu dibazir
Sedangkan hanya seketika hadir
Lebih baik ku bawa mereka sarapan di Seberang Takir………

Pelabuhan Udara Antarabangsa Sultan Mahmud, 2 Jun 2014

Sunday, June 1, 2014

Seorang lelaki di tepi jalan

Seorang lelaki itu di tepi jalan
Tanpa segala hiruk pikuk dihiraukan
Dalam dunianya yang jelas berasingan
Orang lain memandangnya sebagai kurang siuman

Lelaki itu masih ada di situ
Tanpa mengira perubahan masa dan waktu
Tanpa mengira apa yang hadir dan berlalu
Setia di tepi jalan ini dia menunggu

Kadang terlihat ada seorang dua insan
Memberinya sesuatu untuk diminum dan dimakan
Diambilnya tanpa rasa silu dan segan
Lalu terus dia di situ seolah tanpa perasaan

Lelaki itu masih berada dalam dunianya
Mungkin ada yang tertanya siapakah dia
Dan apakah cerita yang hadir disebaliknya
Atau mungkin memandang sambil lewa sahaja

Sampai bilakah dia akan berada di situ
Satu persoalan yang sesetengah orang ingin tahu
Mungkinkah akan ada hingga hujung waktu
Atau tiba masanya dia akan berlalu

Seorang lelaki itu di tepi jalan
Masih ku tertanya siapakah gerangan
Dan hidup ku ini perlu diteruskan
Ada kerja yang perlu diselesaikan

Jalan Banggol, 2 Jun 2014

Maleficent..........

Meluang masa bersama keluarga
Menonton cerita mencari makna
Apa tersirat di sebalik yang ada
Sebagai pedoman menempuh masa

Melihat pada cinta dikhianati
Hanya kerna takhta yang diimpi
Sanggup baginya teman disakiti
Agar tercapai maksud peribadi

Begitulah yang ada pada Stefan
Bila takhta menjadi rebutan
Sanggup Maleficent menjadi korban
Diracun khayal, kepak dilarikan

Hati sayang seribu gurindam
Kerna percaya ditipu dalam diam
Jasadnya luka hatinya remuk rendam
Dari kasih menjadi pendendam

Hati raja menjadi tak senang
Takhta dimiliki tapi tak girang
Sepanjang masa kesalahan dikenang
Nasib si anak menjadi galang

Anak membesar dengan harapan
Namun terikat banyak larangan
Maleficent memandang sepanjang perjalanan
Dari dendam menjadi kesayangan

Namun begitu hatinya gundah
Kerna anak comel masih disumpah
Itulah bahana bertindak marah
Kata terpatri tak bisa diubah

Cerita lara yang ada pengajaran
Cinta yang suci tak mestinya pasangan
Mungkin hasil dari satu kemaafan
Atau kasih sayang yang memberi kesan

Dalam benak berbagai pendapat
Dari cerita apa yang dapat
Semoga ada yang aku kan ingat
Teruskan hidup mencapai matlamat

Mesra Mall, Kerteh, 1 Jun 2014

Beringat sebelum kena

Disuatu petang membeli belah
Jauh tempatnya lebih marhalah
Bila dah banyak ku cari helah
Duduk di bangku melepas lelah

Sedang aku menikmati rehat
Di hadapanku aku melihat
Kanak-kanak bermain bersahabat
Sedang ibubapanya tak nampak kelibat

Hatiku memandang semakin gusar
Seakan mereka tak ambil iktibar
Tentang berita saban hari dipapar
Di media elektronik, juga di akhbar

Resmi kanak-kanak mencari keriangan
Hatinya tak pernah fikirkan keselamatan
Kepada ibubapa telah dipertanggungjawabkan
Untuk menjaga bukan hanya memerhatikan

Sampai bilakah aduhai insan
Keselamatan anak kita abaikan
Berapa nyawa nak jadi korban
Sebelum kita mengambil kesan

Wahai ibubapa inginku ingatkan
Kita tak tahu bila gerangan
Akan terjadi yang tidak dijangkakan
Tanpa sedar ada yang intai kesempatan

Sebelum semua ini berlaku
Fikirkan semula ingat di kalbu
Kerna kita semua pun tahu
Sememangnya malang itu tidak berbau

Mesra Mall, Kerteh 1 Jun 2014

Saturday, May 31, 2014

Kisah pagi di muka buku

Aku masih tak punya kefahaman
Tentang peri sesetengah golongan
Di muka buku kan mereka paparkan
Seolah punca pada sesuatu kejadian

Punca sesuatu ini terjadi
Punca sesuatu itu berlaku

Tulisan mereka akan menarik
Orang ramai terpanggil menilik
Apa yang dipaparkan di sebalik
Tajuk yang diletakkan semacam pelik

Bila saja paparan dibuka
Sebelum sempat artikel dibaca
Rupanya LIKE yang kau minta
Bukan ikhlas berkongsi cerita

Adakah LIKE yang kau buru
Mengapa begitu jadi hidupmu
Berita kau kongsi sahihnya belum tentu
Tapi kemasyhuran jadi niatmu

Dunia oh dunia.....
Sampai bila manusia menggila..........

Jalan Kamaruddin, 31 Mei 2014


Tujuh tujuh enam

Tujuh tujuh enam
Bila matahari makin terbenam
Bila penglihatan makin berbalam
Ia muncul menongkah alam

Tujuh tujuh enam
Kau muncul menjelang malam
Ketika waktu semakin kelam
Sebelum ini dimanakah kau diam

Tujuh tujuh enam masih misteri
Dimanakah punca harus dicari
Bagaimana ia menghadirkan diri
Dalam diam ia menjadi duri

Tujuh tujuh enam itu
Adakah hadir dengan restu
Untuk kekal menjadi penipu
Atau kerja di balik lampu

Tujuh tujuh enam ini
Menjadi tandatanya yang tak pasti
Menjadi persoalan yang dinanti
Bilamana tersedar sedari mimpi

Tujuh tujuh enam
Hebatnya permainan si khadam………

Pantai Batu Buruk, 1 Jun 2014

Maafkan kami........

Maafkan kami anak-anak muda
Kami lupa tentang agama
Tentang hakikat dan juga makna
Semua itu kami terlupa
Kerna kami mengejar kuasa

Maafkan kami duhai pewaris
Bukan kami tak cuba menggaris
Duduk dan bangun kami berbaris
Bukan sedikit hati terguris
Namun keangkuhan tak banyak terhakis

Maafkan kami pemuda-pemudi
Sudah banyak kami berdiskusi
Cuma hasilnya tak banyak menjadi
Lebih banyak menjadi notasi
Sedikit sahaja menjadi polisi

Maafkan kami aduhai anak
Bukan kami tidak berkehendak
Untuk keadilan kukuh tertegak
Cuma ramai yang banyak bertekak
Hanya mencari mana yang enak

Maafkan kami aduhai aduh
Bukan kami tidak bersungguh
Bukan usaha kami tak utuh
Cuma sebahagian yakin tak teguh
Diumpan ringgit maruahnya jatuh

Maafkan kami duhai warisan
Untuk kalian kami tinggalkan
Dan pinta kalian untuk teruskan
Semangat kami dalam perjuangan
Takkan akan padam ditelan zaman

Gong Badak, 31 Mei 2014

Friday, May 30, 2014

Aku melihat (bahagian 2)

Aku melihat pada kehidupan
Kebobrokan dunia kerna kebejatan insan
Adab dan nilai murni semakin dilupakan
Seolah ianya dah luput ditelan dek zaman

Aku melihat pada kemiskinan
Merayu simpati mengharapkan ihsan
Tiada yang kukuh hanyalah seribu alasan
Memberi janji palsu bukannya mencari jalan

Aku melihat pada dunia politik
Cakap berdegar kebanyakannya plastik
Diampu dijanji akhirnya berdolak dalik
Sungguh mudahnya untuk jadi munafik

Aku melihat pada resam yang angkuh
Mendabik dada pada pegangan yang utuh
Mengangkat muka dengan raut yang ampuh
Mengimpi kuasa agar semua orang patuh

Aku melihat pada nama pembangunan
Sekian banyak alam menjadi korban
Namun bukan semua merasai kemanisan
Berlegar antara mereka-mereka sebagai habuan

Aku melihat pada akal manusia
Meracun minda dengan segala nista
Mengharap manis pada pangkat kuasa
Walau akhinya tak habis ke mana

Aku melihat pada mata alam
Merenung dunia yang semakin kelam
Impikan untuk kembali pada masa silam
Tapi tak mampu untuk mengubah semalam

Aku melihat dan aku menyaksi
Untuk kusedar dan aku pelajari
Mencari makna dan maksud hakiki
Ada kehidupan yang perlu diisi

Aku melihat dan aku percaya
Dunia makin lara akibat helah manusia…………….


Kediaman Rasmi, Batu Buruk, 31 Mei 2014

Wednesday, May 28, 2014

Cakap tentang sukan


Hilang piala kerana menteri bodoh
Kata seseorang mengaku raja bomoh
Apa dibuat pun nampak hodoh
Buat baik pun jahat ditudoh

Rakyat Malaysia sanggup terima
Kalah dan menang perkara biasa
Cuma terkilan bila ada gila kuasa
Semua dibuat bukan sepatutnya

Sukan dan menteri apa kaitan
Tugas menteri jaga jabatan
Ahli politik dalam persatuan
Tu yang perlu dielakkan

Bukan niat nak majukan sukan
Cuma sekadar batu loncatan
Untuk menggapai pangkat dan jawatan
Dalam parti atau kerajaan

Bila persatuan ramai orang atasan
Cakap menteri pun tak dihiraukan
Tak buat pun projek pembangunan
Sentiasa harap pada yang veteran

Cakap lantang tentang akademi
Tapi yang masuk sanak saudara sendiri
Atau peluang kepada anak krooni
Yang betul berbakat ditolak ke tepi

Mana pergi semua gemilang
Dulu kitalah hero terbilang
Semua pesaing hatinya walang
Bila Malaysia jadi penentang

Kini semua satu sejarah
Dengan Jepun pun kita boleh kalah
Mana hilang segala maruah
Nama negara dicampak ke tanah

Wahai pemimpin, berubahlah
Demi negara, berundurlah
Yang lepas tu lepaslah sudah
Strategi baru kan kita gubah

Biarkan urusan pada yang pakar
Ramai yang pandai dan berbakat besar
Supaya kita tak lagi gusar
Dan dapat capai apa yang disasar

Kompleks Sukan Gong Badak, 28 Mei 2014

Kangkung-kangkung itu

Bila muncul kangkung-kankung
Bercakap kung kali kung
Menjerit jerit umpama jerangkung
Bagai minta lalat menghurung

Kangkung itu bersuara
Kononnya berlandas ilmu segala
Dan atas ijazah-ijazah yang ada
Bercakap bagai mendabik dada

Bersuara si kangkung menipu
Letak  pangkatnya untuk mengampu
Bukan bercakap merujuk ilmu
Hanya tafsiran sendiri yang diaju

Kangkung-kangkung itu terus
Bersuara tanpa tekak haus
Janji segala permohonan lulus
Dan semua pangkat dibungkus

Duhai kangkung-kangkung
Kan lebih baik kau jadi jerangkung........

Kedai Roti Canai Jalan Budiman, 29 Mei 2014

Apakah nilai kami

Apakah nilai kami
Bila kau perlu kau kan mencari
Bila kau perlu kau kan berjanji
Tapi akhirnya kami yang rugi
Semua janjimu engkau mungkiri

Nilai kami umpama apa
Bila saja engkau berkuasa
Semua katamu tak pernah kau kota
Semua yang kau kata kau pun lupa
Ternyata kau memang gilakan takhta

Apalah kami ini bagimu
Setiap masa kau janji palsu
Umpama kamu ini tiada malu
Tak ditegur walau pun kau lalu
Pandang kami pun kau tak mahu

Apakah nilai nya rakyat
Bila perlu engkau berhikayat
Kau tunjuk semua sujud dan tahiyyat
Tapi engkau penuh muslihat
Semua benda kau tunjuk hebat

Apakah nilai kami yang diukur
Bila perlu katamu subur
Engkau mencari nama yang masyhur
Tapi sikapmu amat takabbur
Semoga akhirnya kau kan tersungkur

Duhai ahli politik
Kalian semua berdolak dalik
Semua katamu kadang berbalik
Kamu bertingkah yang pelik-pelik
Kerna kamu sememangnya plastik


Jalan masuk ke istana syarqiyyah, 29 Mei 2014

Tetingkap tujuhku

Tetingkap tujuhku
Hari ini membikin onar
Hingga terpaksa ku format
Dan hilang semua benda

Tetingkap tujuhku
Yang dipasang kerana  terpaksa
Bilamana ekspi kehabisan sokongan
Terpaksalah ku ikut aliran

Tika orang berbicara
Tentang tetingkap lapan
Aku masih bertatih dengan
Tetingkap tujuhku ini

Mungkin bagi sesetengah lain
Mac menjadi pilihan
Tapi aku terpaksa guna tetingkap
Kerana pi-si ku tidaklah mahal

Tetingkap tujuhku ini
Bukanlah aku pengguna yang mahir
Hanya digerodek sana dan sini
Sehingga aku tahu serba sedikit

Tetingkap tujuhku
Tidak kutahu berapa lama ku kan menggunakannya…………

Jalan masuk ke istana syarqiyyah, 29 Mei 2014

Nukilan untuk Akhil

Ku tak tahan melihat keadaanmu
Hatiku rasa bagai dipalu
Sungguh sedih dan sungguh pilu
Sakit ditanggung tubuh kecilmu

Tak dapat aku bayangkan
Bagaimana kau meraung kesakitan
Sedang tangismu tak memberi kesan
Tidak menimbul rasa kasihan

Aku tak pasti kerana apa
Dan juga sebabnya mengapa
Kau diperlakukan sedemikian rupa
Hingga sebegini engkau merana

Aku tak tahu apa mendorong
Mereka siksamu sampai kau melolong
Mereka yang dengar pun hanya melopong
Tidak cuba untuk menolong

Mungkin kemanusiaan sudah hilang
Mungkin sudah tak wujud kasih sayang
Manusia lebih binatang dari binatang
Manusia dah hilang iman yang dipegang

Maafkan kami duhai anak
Kerna masih ada yang tiada berotak
Hanya memandang waktu yang enak
Hatinya kosong mindanya senak

Maafkan kami duhai Akhil
Kesakitan ditanggung tubuhmu yang kecil
InsyaAllah di sana kau takkan terpencil
Bersama Tuhan Rabbul-Jalil

Duhai anak....
Semoga aman engkau di sana
Semoga di jannah kau bersinggahsana.............

Al-Fatihah untukmu anak.......

Lapangan Terbang Sultan Mahmud, 28 Mei 2014

Tuesday, May 27, 2014

Antara bodoh dan kebodohan

Walaupun pelik
Bila Harvey Specter tetap untuk merekrut
Mike Ross yang tiada sijil undang-undang
Pasti dia ada sebabnya tersendiri
Pasti dia tahu risiko yang diambilnya

Bukan semestinya
Sijil menjamin seseorang itu pandai
Lama bekerja pasti orang itu berpengalaman
Mungkin sekadar tahu cara untuk lulus
Dan tahu cara untuk kekal lama bekerja

Pabila mula bekerja
Sijil umpama dicampak ke tong sampah
Kerna prestasi seseorang itu
Dinilai atas bagaimana dia menyempurnakan kerjanya
Bukan diukur apa sijilnya dan berapa markahnya

Kerna sesungguhnya
Ada yang tiga perpuluhan lapan lima
Tapi kebodohannya terserlah bila berkata
Ada yang lulus sekadar cukup makan
Tapi mampu untuk memberi idea yang bernas

Dalam dunia sekarang
Orang berkata kenapa harus diberi peluang
Sedangkan orang itu tiada pengalaman
Bagaimana mahu ada pengalaman
Kalau tak diberikan peluang untuk bermula

Biar bodoh dalam pelajaran
Jangan bodoh dalam kehidupan...............

Jambatan Sultan Mahmud, 28 Mei 2014


Selepas lapan puluh hari

Selepas lapan puluh hari
Kau masih tampak tercari-cari
Apa jawapan kau pun tak pasti
Hingga semua ternanti-nanti

Dulu kau kata begini begitu
Sekarang kau pun mati kutu
Nampak sangat kau pun celaru
Kau pun tak tau betulnya mana satu

Dulu kau bersungguh-sungguh
Katamu ini maklumat yang utuh
Bila lepas hari ke lapan puluh
Nak kata betul pun kau berpeluh

Apa lagi kau nak bohong
Segala katamu ini hanya kosong
Kau menjerit terpekik terlolong
Tiada fakta tapi sekadar omong

Apa lagi kau nak sembunyi
Mesti ada sesuatu yang terjadi
Masih lagi kau cuba lari
Dari mendedahkan segala realiti

Sudah hampir tiga bulan
Dah ramai yang lupakan
Namun bagiku masih di ingatan
Kerna ku masih tunggu kepulangan

Sudah-sudahlah
Ini bukan permainan mudah
Bukan mencari menang atau kalah
Jangan terus membikin orang gundah

Sedang sesetengah hati merana
Kalu duk gila berselfie segala............

Jalan Sultan Zainal Abidin, 27 Mei 2014

Monday, May 26, 2014

Jangan jadi bodoh

Telah berkata seorang rakan
Biar bodoh dalam pelajaran
Jangan bodoh dalam kehidupan
Sungguh dalam apa dimaksudkan

Bukan maksudnya bodoh tak mengapa
Cuma kadang peluang tiada
Untuk sesetengah dari kita
Mendapat ilmu secara sempurna

Sudah menjadi satu matlamat
Menggenggam ijazah satu azimat
Namun bukan semua orang dapat
Peluang, wang ringgit dan juga tempat

Ada yang tak habis bersekolah
Bagi mereka hidup tak mudah
Namun dalam bersusah payah
Iman di hati tak pernah goyah

Ada yang banyak peluang
Kejayaan dicapai dengan senang
Namun di hati tak pernah tenang
Walau sijil ditulis cemerlang

Kerna itu kenalah pandai
Bukan bercakap sekadar mengandai
Kalau tidak senanglah dibantai
Hujah dipijak hingga ke lantai

Limau purut tiga serangkai
Buta perut takdak akai............

Jalan Tok Adis, Kuala Ibai. 26 Mei 2014

Sunday, May 25, 2014

Maaf

Maaf…………..
Suatu yang senang diucapkan
Salah mungkin senang diampunkan
Namun cukup sukar untuk dilupakan
Kerna seharusnya ia meninggalkan kesan

Maaf………..
Dipinta untuk sesuatu perkara
Atau dipohon untuk sekujur masa
Menjadi isi di akhir bicara
Atau bertamu di hari raya

Maaf………..
Lahir dari hati yang kenang
Kisah lama tak mau dikenang
Ikhlas atau tidak payah diterang
Mungkin terima tanpa dihalang

Maaf……..
Antara aku dan dia
Antara kamu dan mereka
Antara kami dan semua
Antara sesama umat manusia

Maafkan aku
Aku ini bukannya maksum
Maafkan aku
Kerna kemaafan itu adalah dendam yang terindah..........

Chendering, 26 Mei 2014

Sami dan kucing

Aku pernah membaca
Tentang seorang sami tua
Ada kucing yang beliau bela
Kucing ini mesra dengannya

Tapi ada satu maslahat
Kerna bila dia ingin beribadat
Kucing ini belakangnya dipanjat
Lalu sudahnya kucing ditambat

Bertahun perkara jadi biasa
Setiap kali upacara bermula
Kucing itu akan diikatnya
Supaya tidak mengganggu segala

Murid sami semakin ramai
Murid-muridnya menjadi pandai
Ikut segala angguk dan lambai
Tiada pelik apa diandai

Hingga sami tua itu mangkat
Murid yang kanan dinaikkan pangkat
Dan ritual terus kekal dibuat
Sebelum upacara kucing ditambat

Akhirnya kucing itupun mati
Kecohlah sangka ritual tak jadi
Kucing baru pun terus dibeli
Sebelum upacara ditambat tali

Sebenarnya itulah suatu yang biasa
Ada perkara jadi ikutan saja
Tanpa memahami apa dan kenapa
Tanpa disoal bagaimana caranya

Jambatan Kuala Ibai, 26 Mei 2014

Aku melihat

Aku melihat dari mata manusia
Pada hari-hari yang masih bersisa
Pada kebobrokan dan kebejatan yang ada
Pada keresahan yang makin melanda

Pada mata kanak-kanak yang riang
Tiada resah gelisah hanyalah girang
Tiada tugas dan tanggungjawab ditatang
Hanya ada kebebasan terhalang

Aku melihat dari mata helang
Mencari ruang dan juga peluang
Menilai muslihat yang sering dijulang
Dan mencari maruah yang makin hilang

Pada mata katak di bawah tempurung
Menilai dari akal yang terkurung
Mencari maksud adil yang dijunjung
Memahami kedzaliman yang disanjung

Aku melihat dari dalam kotak
Melihat keluar dan menilai dengan otak
Melihat antagonis-antagonis memberontak
Pada penindasan yang membentak

Aku harus akur dan yakin bahawa
Setiap pandangan berbeza nilainya
Setiap tingkah berlainan hakikatnya
Dan setiap yang memandang akan percaya...............

Sekolah Rendah Seri Budiman 2, 25 Mei 2014

Mesyuarat hutan

Dan mesyuarat diadakan
Hadirnya semua binatang di hutan
Dibentang semua kemusykilan
Diajukan semua yang bermain di fikiran

Ini tidak adil, kata Sang Kancil
Seharusnya kita yang dipanggil
Kita tentang, kata Sang Beruang,
Sebetulnya kita yang diberi peluang

Tak sudah-sudah, kata Sang Gajah
Tak cara kasar, cara halus kita dijajah
Sampai bila ?, tanya Sang Rusa
Nak tunggu bila baru kita nak merasa?

Mengapa mereka yang jadi pilihan
Sedang kitalah yang jadi warisan
Kita inikan anak tempatan
Mereka kata , kita yang nak didulukan

Dahlah pupus segala hutan
Kata mereka inilah pembangunan
Tamak dan haloba mencari habuan
Kita yang jadi mangsa keadaan

Persidangan berakhir tanpa keputusan
Namun semua ada kesimpulan
Manusia adalah lebih berkebinatangan
Dari binatang yang tinggal di hutan………….

Kediaman Rasmi, Batu Buruk, 26 Mei 2014